Tugas Resume Buku : Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen : Dra.Hj.Afiyah AS, M.Si.
1. Judul Buku : Ilmu Pendidikan Islam
2. Tahun Terbit : 2006
3. Penulis : Prof.Dr.H.Ramayulis
4. Penerbit : Kalam Mulia
5. Alamat Penerbit : Jl.Teladan No.2 Johar Baru V
Jakarta
6. Jumlah Halaman : 384 halaman, 20 BAB
7. Cetakan : Kelima
8. No.ISBN : 979-8590-57-0
Nama Mahasiswa : Dedi Wahyudi
NIM : 08410153
Nomor : 15
Kelas : PAI 4
Jurusan / Prodi : PAI
FAKULTAS TARBIYAH
UIN SUNAN KALIJAGA
SEMESTER GANJIL 2008 /2009
YOGYAKARTA, MARET 2009
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
rahmat dan nikmat-Nya kita masih diberi kesempatan untuk
mencari,menggali, membahas,dan mengamalkan ilmu-ilmu yang bermanfaat.
Ilmu
Pendidikan Islam adalah salah satu mata kuliuah yang ada di Fakultas
Tarbiyah Univeristas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mata
kuliah ini menyiapkan mahasiswa menjadi seorang pendidik pendidikan
Islam yang professional dan maju dalam segala bidang.
Buku “ILMU
PENDIDIKAN ISLAM” karangan Prof.Dr.H.Ramayulis isinya sangat bagus. Dia
menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam secara
teliti dan runtut.
Buku tersebut juga memungkinkan untuk
dikonsumsi oleh semua kalangan karena dari sisi ekonomisnya itu sangat
murah jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang terkandung dalam buku
tersebut.
Akhirnya kami merasa dalam penyusunan resume buku “ILMU
PENDIDIKAN ISLAM” ini masih banyak kekurangannya maka kami mengharap
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Kami juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu suksesnya resume ini terutama kepada Ibu Dosen Dra.Hj.Afiyah
AS, M.Si. yang senantiasa mendorong kami untuk mempelajari dan
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam di kehidupan sehari-hari. Semoga kesuksesan menjadi
milik kita.
Daftar Isi
Pengantar 2
Daftar Isi 3
Pembahasan 5
Bagian Pertama : Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Sistem 6
Bab 1 Pandangan Islam Terhadap Manusia 6
Bab 2 Konsep Dasar Pendidikan Islam 7
Bab 3 Hakekat Sistem Pendidikan Islam 9
Bab 4 Sistem Pendidikan Islam di Indonesia 10
Bab 5 Berbagai Sistem dalam Kehidupan Yang Mempengaruhi
Sistem Pendidikan Islam 11
Bagian Kedua : Pelaku Pendidikan Islam 11
Bab 6 Pendidik Dalam Pendidikan Islam 12
Bab 7 Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam 13
Bagian Ketiga : Komponen-komponen Dasar Pendidikan Islam 14
Bab 8 Dasar Pendidikan Islam 14
Bab 9 Tujuan Pendidikan Islam 16
Bab 10 Kurikulum Pendidikan Islam 17
Bab 11 Pendekatan dan Komunikasi Pembelajaran Pendidikan Islam 18
Bab 12 Metode dan Teknik Mengajar dalam Pendidikan Islam 19
Bab 13 Media dan Sumber Pembelajaran Pendidikan Islam 20
Bab 14 Evaluasi dalam Pendidikan Islam 21
Bab 15 Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam 23
Bab 16 Manajemen Pendidikan Islam 24
Bab 17 Lembaga Pendidikan Islam 25
Bagian Keempat : Nuansa Pendidikan Islam 26
Bab 18 Periodisasi Pendidikan Islam (Pendidikan Seumur Hidup) 26
Bab 19 Demokrasi Pendidikan Islam 27
Bab 20 Reaktualisasi Pendidikan Islam 28
Penutup 29
Lampiran 30
Foto Kopi Sampul Buku 31
Foto Kopi Daftar Pustaka 32
PEMBAHASAN
Buku
ini terbit dengan tebal buku 384 halaman dan terdiri dari 20 bab yang
masing-masing bab saling terkait sehingga menjadikan buku ini mudah
dipelajari.Bab-bab yang terdapat dalam buku “Ilmu Pendidikan Islam” ini
yaitu:
Bagian Pertama : Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Sistem
Bab 1 Pandangan Islam Terhadap Manusia
Bab 2 Konsep Dasar Pendidikan Islam
Bab 3 Hakekat Sistem Pendidikan Islam
Bab 4 Sistem Pendidikan Islam di Indonesia
Bab 5 Berbagai Sistem dalam Kehidupan Yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan Islam
Bagian Kedua : Pelaku Pendidikan Islam
Bab 6 Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Bab 7 Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Bagian Ketiga : Komponen-komponen Dasar Pendidikan Islam
Bab 8 Dasar Pendidikan Islam
Bab 9 Tujuan Pendidikan Islam
Bab 10 Kurikulum Pendidikan Islam
Bab11 Pendekatan dan Komunikasi Pembelajaran Pendidikan Islam
Bab 12 Metode dan Teknik Mengajar dalam Pendidikan Islam
Bab 13 Media dan Sumber Pembelajaran Pendidikan Islam
Bab 14 Evaluasi dalam Pendidikan Islam
Bab 15 Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam
Bab 16 Manajemen Pendidikan Islam
Bab 17 Lembaga Pendidikan Islam
Bagian Keempat : Nuansa Pendidikan Islam
Bab 18 Periodisasi Pendidikan Islam (Pendidikan Seumur Hidup)
Bab 19 Demokrasi Pendidikan Islam
Bab 20 Reaktualisasi Pendidikan Islam
Untuk lebih jelasnya marilah kita pelajari bab demi bab.
Bagian Pertama
Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Sistem
Bab 1
Pandangan Islam Terhadap Manusia
(Halaman 1 sampai 12)
Kata
“manusia” menurut Al-Quraan berasal dari kata al-Insan, al-Basyar, dan
al-Nas. Manusia disebut al Insan berasala dari kata nasiya yang berarti
lupa mengandung makna bahwa manusia meilki kelebihan di antara mahluk
lain tetapi juga mempunyai kelemahan yaitu kadang lupa untuk tetap pada
jalan Tuhan dalam bertindak. Manusia disebut al-Basyar sebab manusia
sebenarnya sama dengan mahluk lain yaitu tunduk pada sunnatullah dan
memiliki kesamaan dengan mahluk lainnya yaitu dari segi material atau
dimensi alamiah saja. Manusia disebut an-Nas sebab manusia itu
keadaannya labil antara tercela dan terpuji. Maka manusia merupakan
mahluk allah yang unik dan sempurna.
Kedudukan manusia dimuka bumi
adalah sebagai hamba allah seperti yang diterangkan di Q.S Adz-Dzariyat
ayat 56 yang artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Selain itu kedudukan
manusia yaitu sebagai khalifah Allah di bumi artinya manusia bukan
sekedar menggantikan tetapi dengan arti yang luas dia harus mengikuti
perintah yang digantikan (Allah).
Untuk merealisasikan tugas dan
fungsi manusia itu dapat ditempuh manusia lewat pendidikan yang dapat
mengembangkan kualitas manusia tanpa menghilangkan nilai-nilai fitri
yang dimilikinya. Pendidikan itu adalah pendidikan Islam.Dengan
pendidikan Islam manusia sebagai khalifah tidak akan berbuat sesuatu
yang mencerminkan kemungkaran kepada Allah, bahkan ia berusaha agar
segala aktifitasnya sebagai khalifah harus dilaksanakan dalam rangka
ubudiyah kepada Allah SWT.
Bab 2
Konsep Dasar Pendidikan Islam
(Halaman 13 sampai 18)
Pendidikan
berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogie yang berarti bimbingan pada
anak, dalam bahasa inggris yaitu education artinya bimbingan dan dalam
bahasa Arab yaitu tarbiyah atau artinya pendidikan. Pendidikan adalah
usaha yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi
seseorang atau kelompok orang agar menjadi dewasa. Pendidikan sama
artinya dengan tarbiyah (pendidikan rabbani), ta’lim (pengajaran yang
bersifat memberikan), al-riyadhah (pelatihan) juga ta’dib (pelatihan
atau pembiasaan). Maka pendidikan Islam disebut tarbiyah Islamiyah.
Pendidikan
dalam arti luas yaitu segala pengalaman belajar yang dilalui peserta
didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat. Karakteristik
pendidikan dalam arti luas yaitu pendidikan berlangsung sepanjang
hayat, lingkungan pendidikan adalah semua yang berada di luar peserta
didik, bentuk kegiatan mulai dari yang tidak disengaja sampai kepada
yang terprogram, tujuan pendidikan berkaitan dengan setiap pengalaman
belajar, dan tidak di batasi oleh ruang dan waktu.
Pendidikan dalam
batasan sempit diartikan proses pembelajaran yang dilaksanakn di
lembaga pendidikan formal (sekolah/madrasah). Karakteristik pendidikan
dalam arti sempit yaitu masa pendidikan terbatas, lingkungan pendidikan
berlangsung di sekolah/madrasah, bentuk kegiatan sudah terprogram, dan
tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar (sekolah/madrasah).
Pendidikan
juga diartikan dalam batasan yang luas terbatas artinya segala usaha
sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah
melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan
di lembaga pendidikan formal, non formal dan informal dan dilaksanakan
sepanjang hayat dalam rangka menyiapkan peserta didik agar berperan
dalam berbagai kehidupan. Karakteristik pendidikan dalam arti luas
terbatas yaitu masa pendidikan berlaku sepanjang hayat tetapi, kegiatan
pendidikan terbatas pada waktu tertentu, lingkungan pendidikan juga
terbatas, bentuk kegiatan pendidikan yaitu pendidikan, pengajaran dan
latihan, tujuan pendidikan merupakan kombinasi antara pengembangan
potensi peserta didik degan social demand
Bab 3
Hakekat Sistem Pendidikan Islam
(Halaman 19 sampai 36)
Sistem
berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti cara, strategi.
Dalam bahsa Inggris yaitu system yang berarti system, susunan, dan
cara. Menurut Roger A Kanfman, system yaitu suatu totalitas yang
tersusun dari bagian-bagian yang bekerja secara sendiri-sendiri
(independent) atau bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil atau
tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan.
Sistem pendidikan ada
empat unsur yaitu kegiatan pendidikan (pendidikan oleh diri sendiri,
lingkungan, dan oleh seseorang terhadap orang lain), binaan pendidikan
(jasmani, akal, dan qalbu), tempat pendidikan (rumah tangga, sekolah,
dan masyarakat), dan komponen pendidikan (dasar, tujuan, peserta didik,
materi, metode, media dan evaluasi).
Proses pemecahan masalah yang
logis untuk mencapai hasil pendidikan secara efektif dan efisien yaitu
pendekatan system. Model perumusan system pendidikan Islam yaitu model
idealistik dan model pragmatis.
Perbedaan system pendidikan Islam
dengan non Islam yaitu system ideology Islam adalah tauhid
yangbersumber Al Quran dan As Sunnah sedangkan non Islam bersumber pada
mateailisme, ateisme, sosialisme, danlainnya, system nilai pendidikan
Islam bersumber pada al-Quran dan As-Sunnah sedangkan non Islam
bersumber pada nilai yang lain, orientasi pendidikan Islam yaitu pada
duniawi dan ukhrowi sedangkan non Islam orientasi duniawi semata.
Prinsip
pendidikan Islam adalah implikasi dari karakteristik atau cirri-ciri
manusia menurut Islam, pendidikan integral yang terpadu, pendidikan
yang seimbang, pendidikan yang universal, dan pendidikan yang dinamis.
Bab 4
Sistem Pendidikan Islam di Indonesia
(Halaman 37 sampai 45)
Sistem
pendidikan nasional yaitu keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Semua
prinsip, fungsi, jenjang pendidikan, jenis pendidikan, dan lain-lain
diatur dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kedudukan
pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional adakalanya sebagai
mata pelajaran yaitu mata pelajaran pendidikan agama Islam dan
adakalanya juga sebagai lembaga misalnya perguruan tinggi agama Islam.
Peran
pendidikan Islam sebagai mata pelajaran yaitu mempercepat proses
pecapaian tujuan pendidikan nasional, dan memberikan nilai kepada mata
pelajaran umum sedangkan peran pendidikan Islam sebagai lembaga yaitu
berperan mencerdaskan kehidupan bangsa, lebaga pendidikan Islam bersama
satuan pendidikan lain bersama-sama menuntaskan pelaksanaan wajib
belajar 9 tahun, memberi kesempatan untuk belajar kepada siswa yang
tidak berkesempatan memasuki lembaga pendidikan formal.
Bab 5
Berbagai Sistem dalam Kehidupan Yang Mempengaruhi
Sistem Pendidikan Islam
(Halaman 46 sampai 54)
Sistem
pendidikan Islam terintegrasi dengan semua sistem dalam kehidupan
manusia yang melibatkan banyak pihak dan unsur yang saling
mempengaruhi. Sistem pendidikan Islam dalam perkembangan dipengaruhi
sistem ekonomi, politik, sosial-budaya dan lainnya.
Pendidikan
dan ekonomi adalah system yang mempunyai pengaruh timbal balik, saling
mengait dan menunjang karena di satu segi, institusi pendidikan mampu
menghasilkan tenaga kerja dan membentuk manusia-manusia yang sanggup
membangun ekonomi masyarakat dan negara, sebaliknya ekonomi merupakan
tulang punggung kehidupan bangsa yang menentukan maju-mundurnya,
kuat-lemahnya, lambat-cepatnya suatu proses pembudayaan bangsa yang
merupakan salah satu fungsi pendidikan.
Pengaruh sistem politik
terhadap pendidikan Islam adalah adanya kebijaksanaan pemerintahan
suatu negara yang memberikan perhatian serta dukungan, baik moral
maupun materiil untuk terlaksananya pendidikan Islam. Namun, pendidikan
yang bermutu juga mempengaruhi lajunya perkembangan politik yang ada.
Pengaruh
sosial budaya dalam pendidikan Islam sangat besar yaitu pada masa laluj
pesantren banyak dipengaruhi oleh masyarakat yang identik dengan
pemikiran tradisional yang beranggapan bahwa pendidikan Islam hanya
membaca al-Quraan dan ilmu agama semata tetapi sekarang muncul
pesantren yang selain mengajarkan ilmu-ilmu agama juga mengajarkan ilmu
sains dan teknologi sebaliknya masyarakat modern membutuhkan pendidikan
keimanan, ibadah dan akhlak karena semakin intensnya terjadi
kemerosotan akhlak dikalangan anak-anak mereka karena pengaruh arus
globalisasi.
Bagian Kedua
Pelaku Pendidikan Islam
Bab 6
Pendidik dalam Pendidikan Islam
(Halaman 55 sampai 76)
Secara
etimologi pendidik itu besawal dari kata murabbi, muallim, dan muaddib
yang artinya pendidik tetapi sertingnya disebut muallim. Di Indonesia
disebut guru yaitu orang yang kerjanya mengajar atau memberikan
pelajaran disekolah atau di kelas lebih khususnya orang yang bekerja
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab dalam
membentuk anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Dalam pendidikan
Islam ada berbagai macam pendidik yaitu Allah, Nabi Muhammad SAW,
Orangtua, guru.
Dalam ajaran Islam pendidik sangatlah dihargai. Hal
ini dijelaskan Allah dalam firmannya Q.S.Al-Mursalat yaitu “Allah
meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa
derajat”. Selain itu berdasarkan hadis dikatakan bahwa “tinta para
ulama lebih tinggi nilainya dibandingkan darah para syuhada (H.R.Abu
Daud dan Tirmidzi)”. Dari firman Allah dan sabda RasulNya kita dapat
mengetahui betapa tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu
pengetahuan (pendidik). Di masyarakat pendidik juga sangat dihormati
dan disegani oleh masyarakatnya.
Tugas pendidik yang utama yaitu
mengemban misi untuk mengajarkan dan mengajak manusia agar menaati
hukum Allah, menyempurnakan, dan menyucikan hati mendekat kepada Allah.
Pendidik bertugas merencanakan dan melaksanakan program pelajaran,
mengarahkan peserta didik menuju tingkat kedewasaan yang berkepribadian
insan kamil, kemudian harus memimpin serta mengendalikan diri sendiri,
peserta didik dan masyarakat yang terkait.
Tanggung jawab pendidik
itu besar yaitu bukan saja tanggung jawab moral sorang pendidik
terhadap peserta didik dan melaksanakan kode etik pendidik (pendidikan
umum dan pendidikan Islam) tetapi juga mempertanggungjawabkan atas
semua tugas yang dilaksanakan kepada Allah. Namun, pendidik juga
mempunyai hak yaitu diberi gaji dan mendapatkan penghargaan.
Bab 7
Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
(Halaman 77 sampai 120)
Menurut
pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, peserta didik yaitu anggota masyarakat yang berusaha
mengembangakan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Peserta didik mempunyai beberapa kebutuhan
yaitu kebutuhan : fisik, social, mendapat status, mandiri, berprestasi,
ingin disayangi dan dicintai, untuk curhat,dan kebutuhan untuk memiliki
falsafat hidup. Dimensi peserta didik yaitu dimensi fisik, akal,
akhlak, rohani, seni, dan sosial.
Intelegensi atau intelleigence
atau al-dzaka artinya pemahaman atau kesempurnaan sesuatu atau
kapasitas umum dari seseorang yang dapat dilihat pada kesanggupan
pikirannya. Dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baik keadaan
rohaniah secara umum yang dapat disesuaikan dengan problem-problem
kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan.Kecerdasan atau
intelegensi dibagi menjadi 4 yaitu kecerdasan intelektual, keceerdasan
emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan qalbu.
Kepribadian
menurut Allport yaitu susunan yang dinamis di dalam sistem psiko-fisik
seseorang yang menentukan prilaku dan pikirannya yang bercirikan
khusus.Kepribadian menurut Islam ada dua yaitu kepribadian kemanusiaan
dan keperibadian kewahyuan. Ciri khas kepribadian muslim yaitu
terwujudnya prilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah.
Proses
pembentukan kepribadian muslim secara perorangan yaitu pendidikan pra
lahir, pendidikan oleh orang lain, pendidikan oleh diri sendiri. Untuk
kepribadian muslim secara ummah maka dengan memantapkan kepribadian
individu muslim juga dapat dengan menyiapkan kondisi dan tradisi yang
diisi dengan akhlak islami sehingga memungkinkan terbentuknya
kepribadian ummah. Untuk kepribadian samawi maka prosesnya dengan catra
membina nilai-nilai keIslaman dalam hubungan dengan Alloh. Etika murid
merupakan hal penting sebab harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar baik langsung atau tidak langsung.
Bagian Ketiga
Komponen-komponen Dasar Pendidikan Islam
Bab 8
Dasar Pendidikan Islam
(Halaman 121 sampai 131)
Dasar
pendidikan Islam didasarkan kepada falsafah hidup umat Islam dan tidak
didasarkan kepada falsafah hidup suatu Negara, sebab sistem pendidikan
Islam tersebut dapat bdilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu.
Ada tiga kategori pendidikan Islam yaitu dasar pokok, dasar tambahan dan dasar operasional.
Dasar
pokok pendidikan Islam yaitu Al-Quraan dan AsSunnah. Pada hakekatnya
Al-Quran itu adalah perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia,
terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya merupakan kitab pendidikan
kemasyarakatan , moril (akhlak), dan spiritual. Sunnah dijadikan dasar
pendidikan Islam karena sunnah menjadi sumber utama pendidikan Islam
karena Allah SWT menjadikan Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya.
Dasar tambahan yaitu meliputi perkatan, perbuatan dan sikap para sahabat serta ijtihad, maslahah mursalah, dan Urf.
Dasar operasional pendidikan Islam yaitu dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dasar ideal. Ada enam dasar yaitu
•
dasar histories : dasar yang memberikan andil kepada pendidikan dari
hasil pengalaman masa lalu yang berupa peraturan dan budaya masyarakat.
• dasar social : dasar yang memberikan kerangka budaya dimana pendidikannya itu berkembang seperti mengembangkan budaya
•
dasar ekonomi : dasar yang memberikan perspektif terhadap potensi
manusia berupa materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya yang
bertanggungjawab terhadap anggaran pembelanjaan maka kebijakan
pendidikan harus mempertimbangkan faktor ekonomis.
• dasar politik
: dasar yang memberikan bingkai dan ideoplogi dasar yang diugunakan
sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan , maka dalam mencapai
tujuan pendidikan hendaknya harus bertolak dari dasar ideologi
•
dasar psikologis : keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan harus
memilki informasi tentang watak peserta didik, pendidik, pengukuran dan
penilaian yang terbaik
• dasar fisiologis : dasar yang memberikan
kemampuan memilih yang terbaik, memberikan arah suatu sistem,
mengontrol dan memberikan arah kepada semua dasar-dasar operasional
lainnya.
Bab 9
Tujuan Pendidikan Islam
(Halaman 132 sampai 148)
Tujuan
mememiliki kesamaan arti dengan ghayat, andaf, maqasid, (dalam bahasa
Arab), dan goal, purpose, aim (dalam bahasa inggris) yang berarti arah
atau maksud yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan yaitu arah atau
tujuan yang ingin dicapai oleh suatu institusi pendidikan.
Tahap-tahap
tujuan pendidikan Islam yaitu tujuan tertinggi, tujuan umum, tujuan
khusus dan tujuan sementara. Tujuan tertinggi pendidikan Islam yaitu
menjadi hamba Allah, mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah
di bumi, untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akherat baik
individu maupun masyarakat. Tujuan umumnya yaitu pendidikan harus
diarahkan untuk mencapai pertumbuhan keseimbangan kepribadian manusia
menyeluruh, melalui latihan jiwa, intelek, jiwa rasional, perasaan dan
penghayatan lahir. Tujuan khususnya yaitu diantaranya memperkenalkan
kepada generasi muda akan akidah Islam, dasar-dasarnya, asal-usul
ibadat, dan cara-cara melaksanaknnya dengan betul,menanamkan keimanan,
menanamkan rasa cinta pada Al Quraan, membersihkan jiwa dari sifat
tercela, dan lainnya. Tujuan sementara pendidikan Islam yaitu tujuan
yang akan dicapai setelah siswa diberi sejumlah pengalaman tertentu
yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal yang disini
dimisalkan bahwa bentuk insane kamil dalam bentuk ubudiyahnya sudah
mulai nampak meskipun dalam ukuran sederhana.
Aspek tujuan
pendidikan Islam yaitu tujuan jasmani (membentuk manusia yang sehat
jasmani dan punya ketrampilan tinggi), tujuan rohani (terbentuknya
akhlak mulia), tujuan akal (mampu memahami dan menganalisa fenomena
ciptaan Allah), tujuan sosial (terciptanya keharmonisan dalam
masyarakat).
Ranah tujuan pendidikan Islam yaitu ranah kognitif
(pengetahuan tentang sholat), afektif (pengaruh sholat terhadap
mental), performance (khusu’, tawadu’ dan tuma’ninah), psikomotorik
(pengamalan sholat), dan ranah konatif (niat melakukan sholat.
Bab 10
Kurikulum Pendidikan Islam
(Halaman 149 sampai 168)
Kurikulum
berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya pelari dan curare
yang berarti tempat berpacu. Kurikulum artinya jarak yang harus
ditempuh. Secara terminology kurikulum yaitu semua kegiatan yang
diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
dan erada di bawah tanggung jawab sekolahlebih khususnya hasil belajar
yang diharapkan.
Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan
Islam kurikulum berfuingsi sebagai pedoman pendidik untuk membimbing
peserta didiknya kea rah tujuan tertinggi pendidikan Islam.
Komponen kurikulum meliputi tujuan, isi kurikulum, media (sarana dan pra sarana), strategi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
Kerangka
dasar kurikulum pendidika Islam yaitu tauhid dan perintah membaca
ayat-ayat Allah yang meliputi ayat Allah yang erdasarkan wahyu, ayat
Allah yang adsa pada diri manusia, dan ayat Allah yang terdapat di alam
semesta di luar diri manusia.
Dasar penyusunan kurikulum pendidikan Islam yaitu dasar: agama, falsafah, psikologi, sosial, dan dasar organisatoris.
Prinsip-prinsip
penyusunan kurikulum yaitu prinsip: yang berasaskan islam termasuk
ajaran dan nilai-nilainya, prinsip mengarahkan kepada tujuan, prinsip
integritas, relevansi, fleksibilitas, efisiensi, kontinuitas dan
kemitraan, individualitas, kesamaan, kedinamisan,keseimbangan dan
prinsip efektifitas.
Ilmu dikategorikan menjadi dua yaitu ilmu sebagai perennial dan acquired.
Orientasi
kurikulum pendidikan Islam yaitu orientasi pelestarian nilai,
orientasipada peserta didik, orientasi masa depan IPTEK, Orientasi pada
social demand, orientasi pada tenaga kerja dan orientasi pada
penciptaan lapangan kerja.
Bab 11
Pendekatan dan Komunikasi Pembelajaran Pendidikan Islam
(Halaman 169 sampai 183)
Pendekatan
merupakan semua cara yang digunakan siswa untuk menunjang kefektifan
dan keefisiensiandalam proses pembelajaran materi tertentu. Pendekatan
yang digunakan dalam pendidikan Islam yaitu pendekatan pengalaman,
pembiasaan, emosional, rasional, fungsional, dan terpadu.
Komunikasi
yaitu proses penyampaian pesan padi komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Aspek komunikasi yaitu
komunikasi harus dipandang sebagai proses, komunikasi menyangkut aspek
manusia dan bukan manusia, dan komunikasi menyangkut aspek informasi
atau keterangan. Salah satu nsur komunikasi yaitu komunikator. Pola
komunikasi diantaranya komunikasi satu arah, dua arah, dan banyak arah.
Bahasa komunikasi menurut Al Quraan itu sebagai berikut : qaulan
ma’rufan (ucapan yang baik), qaulan kariman (ucapan yang mulia), qaulan
maisuran (ucapan yang ringan), qaulan laiyinan (ucapan yang simpatik
mudah dicerna), qaulan balighan (ucapan yang membekas), dan qaulan
sadidan (Ucapan yang benar)
.
Bab 12
Metode dan Teknik Mengajar dalam Pendidikan Islam
(Halaman 184 sampai 201)
Metode
dalam bahasa Arab yaitu thariqah yang berarti langkah-langkah strategis
yang disipakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Metode mengajar dapat
diartikan cara yang digunakan seorang guru dalam membelajarkan peserta
didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Metode pendidikan
Islam berdasarkan pada dasar agama Islam yang menjadi sumber ajarannya
yaitu Al Quraan dan Al hadis (dasar agamis), kondisi biologis anak
menjadi acuan dalam memilih metode (kondisi biologis), perkembangan dan
kondisi psikis peserta didik (dasar psikologis), dan dasar sosiologis
Prinsip-prinsip
metode pendidikan yaitu metode harus: memanfaatkan teori kegiatan
mandiri, memanfaatkan hukum pelajaran, berawal dari apa yang sudah
diketahui oleh peserta didik, didasarkan atas teori dan praktek yang
terpadu dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran,
memperhatikan perbedaan individual, merangsang kemempuan berpikir dan
nalar peserta didik, diseseuaikan dengan kemajuan peserta didik, dll
Dalam meenggunakan metodenya yaitu memilih metode yang tepat untuk peserta didik.
Metode
pendidikan islam antara lain metode ceramah, tanya jawab, pemberian
tugas, diskusi, demonstrasi, eksperimen, kerja kelompok, targhib dan
tarhib, kisah, serta amsal.
Teknik mengajar dalam pendidikan Islam
yaitu mendidik melalui: keteladanan, kebiasaan, nasihat dan cerita,
disiplin, partisipasi, dan pemeliharaan.
Bab 13
Media dan Sumber Pembelajaran Pendidikan Islam
(Halaman 202 sampai 219)
Alat
dan media pendidikan merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran
terutama yang berkaitan dengan indra pendengaran dan penglihatan
sehingga pemahaman murid lebih cepat dan akan memilkii akhlak yang
mulia. Maka pendidikan Islam akan tercapai secara efektif dan efisien.
Alat
pendidikan Islam yaitu bersifat benda (kaset, radio, TV, dll) dan ada
yang bersifat non benda (keteladanan, perintah / larangan, ganjaran dan
hukuman, dan lainnya).
Sumber belajar yaitu segala sesuatu yang
dapat digunakan sebagai tempat dimana bahan pelajaran didapatkan.
Macamnya sumber belajar pendidikan Islam yaitu sumber pokok (Al Quraan
dan Al Hadis) dan sumber tambahan (manusia sumber, bahan pengajaran,
situasi belajar, Mass Media, alat perlengkapan belajar, aktivitas, alam
lingkungan dan perpustakaan).
Fungsi sumber belajar yaitu
meningkatkan produktifitas pendidikan, memberikan kemungkinan
pendidikan bersifat lebih individu, memberikan dasar yang lebih ilmiah
terhadap pengajaran, lebih memantapkan pengajaran, dan memungkinkan
belajar secara seketika.
Langkah-langkah pemanfaatan sumber
belajar yaitu identifikasik kebutuhan daya, mengidentifikasi potensi
sumber belajar yang ada dan dimanfaatkan untuk pembelajaran,
pengelompokan sumber belajar dalam kelompok, mencari dan menganalisis
relevansi antara kelompok sumber belajar dengan mata pelajaran yang
diampu guru, menentukan materi dan kompetensi untuk pembelajaran, dan
pemanfaatan sumber-sumber belajar dalam pembelajaran.
Bab 14
Evaluasi Dalam Pendidikan Islam
(Halaman 220 sampai 234)
Evaluasi
berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation akar kata dari value yang
berarti nilai jadi evaluasi pendidikan itu penilaian secara terncana,
sitematik, dan berdasarkan tujuan yang jelas mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan. Evaluasi pendidikan Islam berarti kegiatan
menentukan taraf kemajuan pendidikan dalam pendidikan Islam.
Pendidik
melakukan evaluasi di sekolahnya untuk mengetahui peserta didik yang
mana yang terpandai dan terbodoh di kelasnya, untuk mengetahui apakah
bahan yang diajarkan sudah dimiliki oleh peserta didik atau belum,untuk
mendorong persaingan yang sehat, antara sesama peserta didik, untuk
mengetahui perkembangan peserta didik setelah mengalami didikan, untuk
mengetahui tepat tidaknya guru memilih bahan, metode, dan berbagai
penyesuaian dalam kelas, dan sebagai laporan kepada orangtua peserta
didik adalam bentuk rapor, ijazah, piagam dan sebagainya.
Prinsip
umum evaluasi meliputi: valid, berorientasi kepada kompetensi,
berkelanjutan, menyeluruh, bermakna, adil, objektif, terbuka, ikhlas,
praktis, dicatat, dan akurat. Prinsip khusus evaluasi yaitu adanya
penilaian yang digunakan yang memungkinkan adanya kesempatan terbaik
dan maksimal bagi peserta didik menunjukkan kemampuan hasil belajar
mereka dan setiap guru mampu melaksanakan prosedur penilaian dan
pencatatan secara tepat prestasi dan kemampuan serta hasil belajar yang
dicapai peserta didik.
Penilaian ada empat yaitu penilaian: formatif, sumatif, penempatan, dan diagnostik.
Penilaian
Berbasis Kelas (PBK) yaitu proses pengumpulan, pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta dengan
menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten, serta
mengidentifikasipencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata
pelajaran yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang
standar yang arus dan telah dicapai disertai dngan petunjuk kemampuan
belajar peserta didik dan pelopornya.
Fungsi PBK bagi peserta didik
yaitu dalam mewujudkan dirinya dalam mengubah dan mengembangkan
penilaiannya dengan mengubah atau mengembangkan performans prilakunya
kearah positif dan progresif seta mendapatkan kepuasan atas apa yang
dikerjakan. Sedangkan Fungsi PBK bagi guru yaitu menetapkan berbagai
metode dan media yang relevan dengan kompetensi yang akan dicapai pada
proses pembelajaran.
Tujuan PBK yaitu mengetahui kemajuan belajar
peserta didik mengetahui tingkat kefektifan dan keefisiensi berbagai
komponen pembelajaran yang dipergunakan guru dalam jangka waktu
tertentu, dan menentukan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran.
Aspek yang dinilai PBK meliputi kumpulan kerja peserta didik, hasil karya, penugasan, kinarja, tindakan dan tes tertulis.
Bentuk
penilaiannya PBK yaitu: kuis, pertanyaan lisan di kelas, ulangan
harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan semester, ulangan
kenaikan, dan ujian praktek.
Langkah penilaian PBK yaitu penentuan
tujuan evaluasi, penyususnan kisi-kisi soal, “review dan revisi” soal,
uji coba, penyusunan soal, penyajian tes, scorsing, pengolahan hasil
tes, pelaporan hasil tes, dan pemanfaatn hasil tes.
Bab 15
Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam
(Halaman 235 sampai 258)
Belajar
yaitu suau proses perubahan tingkah laku individu yang diperoleh dari
pengalaman tertentu. Mengajar yaitu pemindahan pengetahuan yang
sumbernya Illahi dan manusiawi. Pembelajaran yaitu suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran pendidikan Islam artinya sama hanya proses
maupun hasilnya selalu inhern dengan keIslaman.
Prinsip-prinsip
pembelajaran yaitu aktivitas, azas motivasi, azas individualitas, azas
keperagaan, azas ketauladanan, azas pembiasaan, aas korelasi, serta
azas minat dan perhatian,
Bab 16
Manajemen Pendidikan Islam
(Halaman 259 sampai 275)
Manajemen
yaitu diambil dari bahasa Inggris management yang berarti pengelolaan.
Dalam bahasa Arab al tadbir yaitu pengaturan. Manajemen dalam
pendidikan Islam merupakan proses pemanfaatan semua sumber daya yang
dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat
keras maupun perangkat lunak. Sistem manajemen pendidikan Islam yaitu
proses yang koordinatif, sistematik dan integrative.
Administrasi
yaitu proses secara umum terhadap usaha perorangan atau kelompok, sipil
atau militer, dalam skala besar atau kecil.
Organisasi menurut
Louis A Allan yaitu sebuah mek`nisme atau struktur yang mengupayakan
berbagai hal untuk bekerja sama secara efektif.
Hubungannya yaitu
administrasi dalam sebuah organiasi yang dinamis harus dimanifestasikan
dalam bentuk aktifitas-aktifitas konkret. Akifitas konkret itu adalam
manajemen.
Prinsip manajemen yaitu : ikhlas, kejujuran, amanah, adil, tanggung jawab, dinamis, praktis, dan felsibel.
Aspek
manajemen pendidikan Islam yaitu manajemen yang mengacu pada aspek
institusi, struktural, personalia, informasi, tekhnik dan lingkungan.
Fungsi manajemen adalah untuk perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Bab 17
Lembaga Pendidikan Islam
(Halaman 276 sampai 292)
Lembaga
pendidikan Islam yaitu suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk
mengembangkan lembaga-lembaga Islam, dan mempunyai pola-pola tertentu
dalam memerankan fungsinya, serta mempunyai struktur sendiri yang dapat
mengikat individu yang dibawah naungannya, sehingga ini merupakan
kekuatan hukum sendiri.
Jenis-jenis lembaga pendidikan Islam dapat
dilihat dari berbagai aspek yaitu : aspek azas ajaran Islam (dibagi dua
yaitu lembaga yang tetap seperti rukun iman, rukun Islam, thaharah,
ihsan, iklas, dan takwa sedangkan lembaga yang berubah meliputi
ijtihad, fikih, akhlak, lembaga social, lembaga ekonomi, lembaga
politik, lembaga seni, dan lainnya.), aspek penanggung jawabnya
(lembaga pendidikan informal/keluarga, lembaga pendidikan formal/
sekolah/madrasah, dan lembaga pendidikan non formal/masyarakat), serta
aspek waktu dan tempat (periode pembinaan, keemasan, kemunduran,
stagnasi, dan modern).
Bagian Keempat
Nuansa Pendidikan Islam
Bab 18
Periodisasi Pendidikan Islam
(Halaman 293 sampai 322)
Islam
mengakui adanya pendidikan seumur hidup sebab perjalanan manusia
melalui tahapan-tahapan tertentu, maka pembahasan pendidikannya harus
difokuskan pada tahapan-tahapan itu. Adapun periode pendidikan yang
dimaksud adalah pendidikan prenatal (pemilihan jodoh dan pernikahan),
dan pendidikan pasca natal (pendidikan bayi, kanak-kanak, anak-anak,
dan dewasa).
Persiapan pendidikan dimulai sejak pemilihan jodoh
sebab diharapkan nantinya diharapkan menghasilkan manusia yang
bermartabat di masa depan melalui proses pendidikan.
Pada masa
pernikahan hingga kehamilan itu kontak psikis antara orang tua dengan
si janin itulah sebenarnya yang disebut pendidikan.
Pada masa
bayi(0-2 tahun) secara lahiriyah dia pasif terhadap agama tetapi berkat
perkembangan semua indranya dia sebenarnya aktif mencari, mendapatkan,
dan mengenal sesuatu yang baru.
Pada masa kanak-kanak(2-6 tahun) kebiasaan dan pembiasaan pada anak sangat penting bagi keberhasilan pendidikan.
Metode
yang digunakan pada masa anak-anak(6-12 tahun) yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan latihan, kemudian berangsur-angsur diberikan penjelasan
secara logis maknawi.
Pada fase remaja hendanya dalam mendidik anak
yaitu mengembangkan potensi mereka, membuka dialog dan menyadarkan
mereka akan status sosial,dan lainya.
Pendidikan pada masa dewasa
yaitu melalui majlis ta’lim yang sarat dengan dzikrullah agar tenang
menghadapi hidup yang modern yang didominasi materi dan kepentingan
duniawi.
Bab 19
Demokrasi Pendidikan Islam
(Halaman 323 sampai 337)
Demokrasi
pendidikan yaitu suatu pandangan yang mengutamakan persamaan hak,
kewajiban dan perlakuan oleh tenaga kependidikan terhadap peserta didik
dalam proses pendidikan.
Prinsip demokrasi yaitu kebebasan, penghormatan terhadap manusia, persamaan, dan pembagian kekuasaan.
Bentuk
demokrasi pendidikan Islam yaitu kebebasan bagi pendidik dan peserta
didik (kebebasan berkarya, kebebasan dalam mengembangkan potensi,
kebebasan dalam berpendapat), persamaa terhadap peserta didik dalam
pendidikan Islam, dan penghormatan akan martabat individu dalam
pendidikan Islam.
Praktek pendidikan Islam sangat akrab dengan
prinsip-prinsipkebabasan dan demokrasi. Islam menyerukan adanya prinsip
persamaan dan peluang yang sama dalam belajar sehingga terbukalah
kesadaran untuk belajar bagi semua orang
Bab 20
Reaktualisasi Pendidikan Islam
(Halaman 338 sampai 348)
Kuantitas
pendidikan Islam di Indonesia sekarang menunjukan perkembangan dinamis
tetapi dari segi kualitas masih dipertanyakan. Hal itu dikarenakan
masih banyaknya masalah dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam,
kualitas guru belum memadai, terbatasnya dana dan SDM, produktifitas
lembaga kurang bermutu, dan lainnya.
Dalam menghadapi pasar bebas
maka lembaga pendidikan Islam harus meningkatkan daya saing yang
sungguh-sungguh dan terencana, sehingga layak bersaing dipergaulan
internasional, membuka program studi yang bervariasi, melaksanakan
akuntabilitas, dan harus melaksanakan evaluasi.
Dalam menghadapi
otonomi daerah maka lembaga pendidikan Islam (LPI) tidak lagi harus
tampil uniform dan tunggal untuk seluruh wilayah Indonesia, perlu
adanya kerjasama antara Departemen Agama dan Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pendidikan Islam, LPI harus melakukan reorientasi
terhadap persoalan normative-filosofis yang sering diperdebatkan,
adanya perubahan paradigm dalam praktek pendidikan. Perubahan paradigm
itu misalnya :pengelola tenaga kependidikan harus prefesional dan
efektif, pembiayaan pendidikan tidak hanya diperoleh dari kas Negara
tetapi yang lebih uuytama dari lembaga dan dari masyarakat, melakukan
reformasi dalam sistem pembelajaramn, demokratisasi dalam proses
pendidikan, melaksanakan efisiensi pendidikan, sasaran akhir mkurikulum
adalam pengalaman belajar, evaluasi belajar secara teratur dan
berkelanjutan, serta pembudayaan kualitas bagi setiap warga lembaga
pendidikan Islam dapat dilakukan dengan meningkatkan profesionalitas
personil madrasah.
PENUTUP
Buku ini tampil dengan
sangat menarik disertai bahasanya yang mudah dipahami dan mudah dicerna
oleh semua kalangan khususnya para mahasiswa. Buku ini menerangkan
materi seputar Pendidikan Islam khususnya di Indonesia
Dengan buku
diharapkan sebagai calon guru atau pendidik kita memahami apa
sebenarnya pendidikan Islam sehingga saat kita sudah menjadi pendidik
kelak dapat mempraktekannya
Buku ini laris dipasaran dengan bukti
pada tahun 2006 sudah mencapai cetakan yang kelima. Para peminatnya
mungkin beranggapan bahwa buku ini murah tetapi isinya sangat baik
sehingga para konsumen lebih condong memilih buku ini.
Terima kasih atas segala perhatian, kami menantikan sarandan kritik yang membangun. Mohon maaf atas segala kekurangan.
Jumat, 19 Oktober 2012
Rabu, 17 Oktober 2012
Makalah Metodelogi Pemahaman Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemikiran
keislaman yang berkembang pada masa sekarang ini telah dilakukan
melalui berbagai perspektif dan metodologi. Dimana setiap perspektif
dan metode yang digunakan mempunyai ciri tersendiri disamping kelebihan
dan kekurangan yang melekat pada perspektif dan metode tersebut
tentunya. Mukti
Ali menyatakan bahwa dalam mempelajari dan memahammi Islam terdapat 3
(tiga) cara yang jelas yakni naqli (tradisional), aqli (rasional) dan
kasyfi (mistis). Ketiga pendekatan tersebut telah ada dalam pola
pemikiran Rasulullah SAW dan terus dipergunakan oleh para ulama Islam
setelah beliau wafat hingga saat ini. Ketiga metode tersebut dalam
operasionalnya lebih dikenal dengan istilah pendekatan bayani, irfani
dan burhani.
Tawaran
pendekatan ini sengaja diarahkan pada upaya merekonstruksi pemahaman
dalam wilayah baru yang belum ada teks hukumnya dengan menghargai
tradisi secara proporsional sekaligus mengurangi kesan arogansi
intelektual. Upaya ini dilakukan melalui penggabungan teori sistem dan
teori aksi di dalam perangkat analisisnya.
Dalam
rangka mencapai suatu intepretasi yang tepat dalam memahami agama
dengan segala aspek yang terkandung di dalamnya diperlukan metode-meode
yang dapat dipergunakan untuk mendapat pemahaman yang tepat. Islam yang
diturunkan di Arab lahir dan berkembang seiring dengan adat budaya
Arab. Hal ini memerlukan pengkajian yang komprehensif sebab sumber
agama Islam yakni Al Qur’an dan Sunah berbahasa Arab. Sehingga untuk
memahaminya wajib untuk memahami bahasa Arab.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEGUNAAN METODOLOGI
Sejak
kedatangan Islam abad ke-13 hingga saat ini, pemahaman tentang
ke-Islaman ummat Islam di Indonesia sangat variatif. Keadaan ini juga
terjadi pada negara lain. Gejala seperti ini apakah memang sudah alami
yang menjadi sebuah kenyataan untuk bisa diambil hikmahnya, ataukah
diperlukan standart umum untuk bisa mengetahui keadaan yang variatif
seperti ini. Sehingga sesuatu yang variatif ini tidak keluar dari
ajaran yang tekandung dalam al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga tidak akan
keluar dari keabsahannya.
Adanya
sejumlah orang yang pengetahuan tentang ke-Islamannya cukup luas dan
mendalam, namun tidak terkoordinasi dan tidak tersusun secara sistemik.
Karena orang tidak menerima Islam secara sistemik maka antara guru satu
dengan yang lainnya tidak akan pernah ketemu karena tidak sebuah
silabus yang mengacu menjadi satu kesatuan.
Sebagai
contoh, misalkan ada orang yang menguasi ilmu Fiqh tetapi tidak
memahami ilmu-ilmu yang lain setiap ada masalah jawabannya selalu ilmu
fiqh yang diberikan. Kalau kepada mereka tentang bagaimana cara
mengatasi masalah pelacuran maka yang ada hanya bagaimana menghancurkan
tempat pelacuran tersebut. Padahal tidak bisa mengatasi persoalan
pelacuran menghancurkan tempatnya saja, karena dalam masalah itu tidak
serta merta hanya masalah pelacuran tetapi ada masalah yang lauin yaitu
ketenaga kerjaan, kesenjangan sosial, struktur sosial, sistem
perekonomian dan sebagainya.
B. BEBERAPA PENDAPAT TENTANG ISLAM
Ada
dua sisi yang dapat digunakan untuk memahami pengertian Agama Islam,
yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Kebahasaan Islam dari
bahasa Arab salima selamat, sentosa dan damai.
Kemudian Aslama berserah diri masuk dalam kedamaian.
NUR CHOLIS MAJID : Sikap pasrah kepada Tuhan adalah merupakan hakikat dari pengertian islam.
MAULANA
MUHAMMAD ALI : Islam adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokok
yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan ummat manusia
menjadi bukti nyata.
Dari sisi peristilahan dalam memberi pengertian para ilmuwan beragama dalam memberi pengertian antara lain adalah :
Ahmad Abdullah Al-Masdoosi (1962) :
Islam
adalah Kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia
digelarkan ke muka bumi, dan terbina dalam bentuknya terakhir dan
sempurna dalam al-Qur’an yang suci yang diwahyukan Tuhan Kepada
Nabi-Nya yang terakhir yakni Nabi Muhammad Ibnu Abdullah, satu kaidah
yang memuat tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup
manusia baik spritual maupun material.
Pengertian Islam menurut Maulana Ali dapat dipahami dari Firman Allah surat Al-Baqorah ayat 208 :
يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْاادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَافَّةَ وَلاَتَتَّبِعُوْا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ اِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Hai Orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Kedamaian/Islam secara menyeluruh dan jangan kamu ikuti langkah-langkah Setan. Sesungguhnya setan musuh yang nyata bagimu” Kata السـلم yang dalam ayat diatas diterjemahkan kedamaian atas Islam, makna dasarnya adalah damai atau tidak mengganggu.
HARUN NASUTION: Islam sebagai agama adalah agama yang ajaran-ajaranya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui nabi Muhammad sebagai rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya satu segi, tetapi mengenai beberapa segi dari kehidupan manusia.
ORIENTALIS : islam sering di identikkan dengan Mohammadanism dan Mohammedan. Peristilahan ini disamakan pada umumnya agama diluar Islam yang namanya disandarkan kepada nama pendirinya.
Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui Rasul-rasul-Nya berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta.
C. AKIBAT YANG TIMBUL DARI PEMAHAMAN ISLAM
Perjalanan
Islam samapi kini telah melampui kurun waktu lima belas abad dan
dipeluk oleh manusia diseluruh penjuru dunia. Pemikiran Islam dapat
diibaratkan dengan sebagai sungai yang besar dan panjang. Wajar jika
sumber mata airnya yang semula bening dan jernih serta mengalir pada
alur sempit dan deras dalam perjalanannya menuju muara kian melebar,
berliku-liku dan bercabang-cabang. Airnya kian pekat karena mengangkut
pula lumpur dan sampah. Geraknyapun menjadi lamban.
Setiap
pemikiran yang kemudian didukung oleh sekelompok orang, idenya muncul
dan nafasnya dihembuskan oleh semangat tokoh pemikir. Setiap pemikir
ketika melontarkan gagasan atau buah pikirannya tidak lepas oleh
situasi lingkungan yang dihadapi , pandangan hidup dan sikap
politiknya. Menurut Sosiologi pemikiran teologi dan filosofi selalu
terkait dengan politik atau kemasyarakatan, demikian juga sebaliknya.
Jika teori ini benar, maka kajian pemikiran Islam hanya dibagi dalam
bidang teologi (kalam), sufisme dan filsafat saja dengan meninggalkan
ketatanegaraan(politik) dan hukum, menjadi sebuah kajian yang tidak
lengkap. Dengan demikian untuk menghasilkan Islam secara utuh dan
menyeluruh perlu menatapnya dari berbagai situasi yang mengitari
disekitar kalahiran Islam tersebut serta tokoh-tokoh yang
mengembangkannya.
Pencampuradukkan
antara Islam sebagai agama dan Islam sebagai rangka historis bagi
pengembangan budaya dan peradaban telah dilanggengkan dan pernah
berkembang lebih kompleks hingga hari ini. Namun demikian,
masyarakat-masyarakat Islam harus dikaji dalam dan untuk diri sendiri.
Mempelajari
Islam dengan metode ilmiah saja tidak cukup, karena metode dan
pendekatan dalam memahami Islam yang demikian itu masih perlu
dilengkapi dengan metode yang bersifat teologis dan normatif. Untuk itu
dalam memahami dan menelaah ajaran Islam yang ada dalam buku-buku
ilmiah terkadang perlu kita cermati apakah ajaran ini persial atau
apakah sudah komprehensif.
D. BEBERAPA METODE MEMAHAMI ISLAM
Kami mencoba menelusuri metode memahami Islam sepanjang yang dapat dijumpai dari berbagai literaratur ke-islaman.
Dalam
buku yang berjudul Tentang Sosiologi Islam, karya Ali Syariati dijumpai
uraian singkat tentang metode memahami yang pada intinya Islam harus di
lihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini ia mengatakan jika kita
meninjau Islam dari satu sudut pandangan saja, maka yang akan terlihat
hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin
kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup apabila kita
memahami secara keseluruhan.
Ali Syariati lebih lanjut mengatakan, ada berbagai cara memahami Islam
a. Dengan mengenal Allah dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama lain
b. Dengan
mempelajari Kitab suci Al-Qur’an dan membandingkan dengan kitab-kitab
samawi (atau kitab-kitab yang dikatakan sebagai samawi) lainnya.
c. Mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembahruan yang pernah hidup dalam sejarah.
d. Mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkan tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran pemikiran lain.
Pada
intinya metode ini adalah metode komparasi (perbandingan). Secara
akademis suatu perbandingan memerlukan persyaratan tertentu.
Perbandingan menghendaki obyektifitas.
Selain dengan menggunakan pendekatan komparasi, Ali Syariati juga menawarkan cara memahami Islam melalui pendekatan aliran. Tugas intelektual hari ini ialah mempelajari memahami Islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan manusia, perseorangan maupun masyarakat.
Selain dengan menggunakan pendekatan komparasi, Ali Syariati juga menawarkan cara memahami Islam melalui pendekatan aliran. Tugas intelektual hari ini ialah mempelajari memahami Islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan manusia, perseorangan maupun masyarakat.
NASRUDDIN
RAZAK metode memahami Islam sama dengan Ali Syariati menawarkan metode
pemahaman Islam secara menyeluruh. Memahami Islam secara menyeluruh
adalah penting walaupun tidak secara detail. Begitulah cara paling
minimal untuk memahami agama paling besar sekarang ini agar menjadi
pemeluk agama yang mantap dan untuk menumbuhkan sikap yang hormat bagi
pemeluk agama lainnya. Untuk memahami agama Islam secara benar
Nasruddin Razak mengajukan empat cara :
1. Islam
harus dipelajari dari sumber aslinya Al-Qur’an dan hadits. Kekeliruan
memahami Islam, karena orang mengenalnya dari sebagian ulama dan
pemeluknya yang telah jauh dari bimbingan Al-Qur’an dan Al-Sunah, atau
melalui pengenalan dari sumber kitab-kitab fiqh dan tasawuf yang
semangatnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Mempelajari
Islam dengan cara demikian akan menjadikan orang tersebut sebagai
pemeluk Islam yang sinkretisme, yakni bercampur dengan hal-hal yang
tidak islami jauh dari ajaran islam yang murni.
2. Islam
harus di pelajari dengan integral, tidak dengan cara persial artinya ia
dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak
secara sebagian saja. Memahami Islam secara persial akan membahayakan,
menimbulkan skeptis, bimbang dan penuh keraguan.
3. Islam
perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar
dan sarjana-sarjana Islam, karena pada umumnya mereka memiliki
pemahaman Islam yang baik yaitu pemahaman yang lahir dari perpaduan
ilmu yang dalam terhadap ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dengan
pengalaman yang indah dari praktek ibadah yang dilakukan setiap hari.
4. Islam
hendaknya dipelajari dari ketentuan teologi normatif yang ada dalam
al-Qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris
dan sosiologis yang ada di masyarakat.
Selain
itu Mukti Ali juga mengajukan pendapat tentang metode memahami Islam
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ali Syariati yang menekankan
pentingnya melihat Islam secara menyeluruh. Dalam hubungan ini Mukti
Ali mengatakan, apabila kita melihat Islam hanya dari satu segi saja,
maka kita hanya akan melihat satu dimensi dari fenomena-fenomena yang
multi faset (terdiri dari banyak segi), sekalipun kita melihatnya itu
betul. Islam seharusnya dipahami secara bulat, yaitu pemahaman Islam
dipahami secara komprehensif.
Metode
lain yang diajukan Mukti Ali adalah metode tipologi. Metode ini banyak
ahli sosiologi dianggap obyentif berisi klasifikasi topik dan tema
sesuai dengan tipenya, lalu dibandingkan dengan topik dan tema yang
mempunyai tipe yang sama. Metode ini juga untuk memahami agama Islam,
juga agama-agama lain, kita dapat mengindentifikasi lima aspek dari
ciri yang sama dari agama lain, yaitu 1)aspek ketuhanan 2)aspek
kenabian 3)aspek kitab suci dan 4)aspek keadaan sewaktu munculnya nabi
dan orang-orang yang didakwahinya serta individu-individu terpilih yang
dihasilkan oleh agama itu.
Dari
beberapa metode diatas kita melihat bahwa metode yang dapat digunakan
untuk memahami Islam secara garis besar ada dua macam. Pertama metode
Komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh
aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengan
demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang obyektif dan utuh. Kedua,
Metode sintesis yaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan antara
metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional obyektif, kritis dan
seterusnya dengan metode teologis normatif.
Metode
ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang terkandung dalam kitab suci.
Melalui metode teologis normatif ini seseorang memulai dari meyakini
Islam sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini didasarkan pada alasan,
karena agama bersal dari Tuhan, dan apa yang berasal dari Tuhan Mutlak
benar, maka agamapun mutlak benar. Setelah itu dilanjutkan dengan
melihat agama sebagai norma ajaran yang berkaitan dengan aspek
kehidupan manusia yang secara keseluruhan diyakini amat ideal. Melalui
metode teologi normatif yang tergolong tua usianya ini dapat dihasilkan
keyakinan dan kecintaan yang kuat, kokoh dan militan pada Islam,
sedangkan metode ilmiah yang dinilai sebagai tergolong muda usianya ini
dapat dihasilkan kemampuan menerapkan Islam yang diyakini dan
dicintainya itu dalam kenyataan hidup serta memberi jawaban terhadap
berbagai permasalahan yang dihadapi manusia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mukti
Ali menyatakan bahwa dalam mempelajari dan memahammi Islam terdapat 3
(tiga) cara yang jelas yakni naqli (tradisional), aqli (rasional) dan
kasyfi (mistis). Ketiga pendekatan tersebut telah ada dalam pola
pemikiran Rasulullah SAW dan terus dipergunakan oleh para ulama Islam
setelah beliau wafat hingga saat ini. Ketiga metode tersebut dalam
operasionalnya lebih dikenal dengan istilah pendekatan bayani, irfani
dan burhani. Islam
adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui
Rasul-rasul-Nya berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, 2006, Jakarta: Amanah, Hlm. 147
Abuddin NT, Metodologi Studi Islam, 2009, Jakarta: Rajawali Pers,,hl
Langganan:
Postingan (Atom)